Friday, August 26

It's Been A While

Yep.. It's been a while since the last time I posted something here. It's also been a while since the last time I really wrote anything too

Thing's been a little complicated lately, mostly mentally. I had to face some struggles, full of up and down moments but I knew they are all meant to make me stronger and better somehow.

Even though going through those pain hurt..

But what doesn't kill you makes you stronger, right?

And just an fyi, I'll probably spend more time writing here on blogger this semester. Soeah just wait for my posts, readers (if there's probably any)

Xoxo,
SL ❤

Wednesday, December 2

GENERASI BERAKSI (CAMPAIGN PROJECT UAS TEKNOLOGI KOMUNIKASI)

GENERASI BERAKSI
#GENERASIBERAKSI's BRIEF HISTORY
Basically, #GEBER adalah singkatan dari Generasi Beraksi. Sebuah kampanye cukup sederhana namun memiliki niat besar yang dicanangkan oleh 6 mahasiswi prodi ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya Jakarta. Dalam kampanye ini kami berniat untuk meningkatkan kesadaran anak muda zaman sekarang agar lebih meningkatkan aksi di dunia nyata, daripada hanya aktif di dunia maya. Disini kami juga menekankan kalau sebenarnya boleh saja bermain smartphone tetapi jangan sampai kita lupa harus tetap peka dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya, seperti teman, keluarga dan orang-orang yang kurang mampu, terutama mereka yang mungkin membutuhkan uluran tangan dan bantuan kita. Selain itu, melalui #generasiberaksi kami juga berniat untuk mengajak semua khayalak agar tidak hanya mengatakan kalau dia peduli, tapi juga membuktikan aksi yang nyata
Sebenarnya yang menjadi alasan bagi kelompok kami memilih #generasiberaksi adalah karena menurut analisa dari kelompok kami, banyak dari anak - anak muda  di zaman sekarang yang lebih sering bersifat tidak acuh pada lingkungan sekitarnya karena sudah kecanduan gadgets, internet dan media - media sosial yang semakin hari semakin beragam bentuk dan jenisnya. Bahkan menurut salah satu penelitian yang dilakuan oleh KEMENKOMINFO dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), total pengguna layanan internet di Indonesia saat ini sudah menembus 40 juta pengguna. Dari angka tersebut 64 persen diantara totalnya adalah remaja.
Tanpa kita sadari, ketika kita sudah kecanduan gadgets dan kecanduan internet, banyak sekali resiko yang bisa kita dapatkan. Seperti mulai menelantarkan teman, menelantarkan keluarga, menelantarkan lingkungan, bahkan menghindari berbagai macam aktivitas- aktivitas lain yang sebenarnya sama menyenangkan atau bahkan jauh lebih menyenangkan jika dibandingkan pada saat ketika kita hanya menghabiskan waktu berselancar didunia maya.



Seperti motto kami "HOW ABOUT SOME ACTION", Generasi Beraksi berniat untuk mengajak semua generasi muda untuk meningkatkan kepekaan dan rasa ingin membantu sesama lebih tinggi lagi. Disini kami mau menekankan lagi  kalau sebenarnya kita boleh saja aktif di dunia maya dengan segala gadgets yang kita punya, tapi kita juga tidak boleh sampai lupa untuk meningkatkan kepedulian, baik terhadap diri sendiri, keluarga & teman, terutama orang - orang yang sebenarnya membutuhkan bantuan kita.


 Because as a matter of fact, we believe that real acts will always speak louder than words (especially those words spoken in social media)





 WHO IS #GENERASIBERAKSI's AUDIENCE? 


Target audiens kami adalah para remaja yang termasuk dalam rentang usia 17 hingga 25 tahun. Karena menurut hasil riset International Center for Media and The Public Agenda di University of Maryland, individu yang berusia dibawah 25 tahun, tidak peduli darimana mereka berasal, mereka tidak bisa berfungsi dengan optimal tanpa menggunakan gadgets.



WHAT ARE #GENERASIBERAKSI's CAMPAIGN TOOLS?

Selama menjalankan tugas kampanye ini, kami menggunakan berbagai media sosial seperti:


Serta sebuah BLOG khusus yang sudah kami buat dan dilengkapi dengan serangkaian informasi lain terkait #GENERASIBERAKSI.. Bagi yang berminat untuk mencari tahu lebih dalam tentang seluk beluk #GENERASIBERAKSI, bisa langsung klik hyperlink yang sudah disetting secara otomatis akan menuju laman blog dan akun - akun media sosial resmi kami lainnya.




WHO ARE #GENERASIBERAKSI's CAMPAIGN CREWS?

INDAH SARI                       2014 - 022 - 002
as BLOG EDITOR & RELATED ARTICLES RESEARCHER

THERESIA ROSARI         2014 - 022 - 019
as TWITTER ADMIN 

MANUELA CRUZ             2014 - 022 - 037
as TWITTER ADMIN

STEFANNY LENSANG    2014 - 022 - 038
as BLOG EDITOR, CAPTIONS EDITOR & FACEBOOK ADMIN

RENATA PUNINA             2014 - 022 - 048
as BLOG EDITOR, PHOTOS EDITOR & INSTAGRAM ADMIN

CHRIS NATASYA              2014 - 022 - 055
as INSTAGRAM ADMIN & PHOTOS EDITOR


Monday, November 2

PROTEKSI ANAK TERHADAP PEDOFILIA ONLINE

Disusun oleh:
Indah Sari 2014-022-002
Theresia Rosari 2014-022-019
Manuela Cruz 2014-022-037
Steffany Lensang 2014-022-038
Renata Punina 2014-022-048
Chris Natasya 2014-022-055

Etika Teknologi Komunikasi
(Proteksi terhadap anak dari Cybersex Phedopilia)

Anak adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dilindungi harkat dan martabatnya serta dijamin hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Perlu kita sadari kalau anak – anak sebenarnya adalah penerus bangsa  yang seharusnya mendapatkan pemenuhan hak-hak dan kebutuhan dengan memadai. Mereka bukanlah sasaran dari tindakan apapun yang bersifat sewenang-wenang dan bebas diperlakukan secara tidak manusiawi oleh pihak manapun.

Anak - anak yang hidup di zaman sekarang cenderung dianggap rentan terhadap beragam tindak kekerasan dan penganiayaan. Padahal seharusnya, anak-anak tidak boleh merasakan pengalaman – pengalaman seperti itu. Mereka seharusnya dirawat, diasuh dan dididik dengan sebaik mungkin agar mereka mampu tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar. Hal ini tentu saja perlu dilakukan agar kelak anak-anak bisa menjadi generasi yang berguna untuk kemajuan bangsa dan negara di masa depan.

            Dewasa ini, banyak sekali kasus penganiayaan berupa tindakan pelecehan yang diterima oleh anak-anak bermunculan. Hal tersebut biasa dikenal dengan pedofilia. Pedofilia adalah kondisi ketika seorang manusia dewasa memiliki keinginan atau kecendrungan untuk melakukan perilaku seksual menyimpang dengan anak-anak. Kata pedofilia sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani,paedo (anak) dan philia (cinta). 

Tindakan pelecehan pedofilia atau kelainan jiwa pada seseorang untuk bertindak dengan menjadikan anak-anak sebagai instrument atau sasaran dari tindakan pelampiasan nafsu seksual ini sangat meresahkan masyarakat karena dapat dipastikan kalau korbannya adalah anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan anak – anak korban pedofilia mendapatkan trauma psikis yang mungkin tidak akan bisa disembuhkan dalam waktu yang singkat.


Menurut salah seorang pakar kriminologi Adrianus Meilala, pedofilia sendiri dapat dibagi menjadi 2 golongan. Yaitu pedofilia hormonal atau sebuah kelainan biologis dan bawaan seseorang sejak lahir dan pedofilia habitual atau jenis kelainan seksual yang terbentuk atas dampak kondisi sosial sang penderita.

Salah satu contoh kasus kekerasan seksual terhadap anak didunia nyata yang belum lama ini terjadi adalah kasus pelecehan seksual di Taman Kanak - Kanak Jakarta International School yang terjadi pada bulan Maret 2014. Saat itu, seorang murid diyakini diperkosa beramai - ramai oleh beberapa petugas kebersihan. Tak lama setelah itu, muncul kasus kedua dari sekolah yang sama sekitar pada bulan Juni 2014. Ada orang tua murid yang mengklaim bahwa anak mereka telah menjadi korban pelecehan seksual. Kasus kedua inilah yang menjerat dua guru JIS, Neil dan Ferdi agar diadili lebih lanjut.

        Pedofilia sering sekali dikaitkan dengan kasus pemerkosaan anak dibawah umur. Tetapi kasus pedofilia tidak hanya bisa terjadi didunia nyata. Bisa juga terjadi di internet terutama media social. Karena media sosial pada masa ini sudah menjadi candu bagi masyarakat. Jelas karena kini semua khalayak massa mulai dari anak kecil hingga orang dewasa sudah menjadikan media social sebagai hal yang ia konsumsi sehari - hari. Entah itu facebook, twitter, instagram maupun path dan lain sebagainya. Media sosial pada masa ini sudah semakin digandrungi tiap golongan masyarakat terutama anak - anak dan remaja karena akses dan cara menggunakan aplikasi - aplikasi social media juga tergolong mudah. Entah karena mudah untuk diakses maupun mudah dalam penggunaannya dalam relevansi kehidupan sehari - hari. Karena satu - satunya hal yang dibutuhkan untuk bias mengakses social media hanyala koneksi dengan jaringan internet saja. 

Baik anak - anak dan remaja lebih mudah menggemari penggunaan media sosial karena mereka beranggapan bahwa media sosial bisa menjadi perantara paling efektif serta sarana paling efisien bagi mereka agar bisa mengetahui dunia luar lebih luas lagi dan juga dapat terhubung dengan orang - orang dari beragam budaya. Tetapi tetap ada permasalahan yang dihadapi pada saat ini dalam penggunaan media sosial itu. Media sosial dianggap terlalu bebas untuk diakses oleh anak-anak dan remaja. Kendala ini dapat dilihat karena contohnya anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar saja sudah mulai meggunakan media sosial. Padahal biasanya anak-anak dibawah umur tersebut belum benar – benar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam media sosial. Contoh kasus cybersex di media sosial adalah:
Ketika seorang gadis berusia 14 tahun mendapat permintaan dari seorang pria tak dikenal yang lebih tua untuk menjadi teman di Facebook, ia menerimanya karena penasaran. Hal itu ia sesali kemudian, karena berubah menjadi kisah brutal mengenai pemangsa seksual yang mencari cara baru untuk mengeksploitasi obsesi orang Indonesia terhadap media sosial. 
Siswa sekolah menengah pertama tersebut segera terpikat dengan rayuan sang pria dewasa. Mereka bertukar nomor telepon, dan pria tersebut mengiriminya pesan singkat yang bertubi-tubi. Ia meyakinkan gadis itu untuk bertemu di mal, dan gadis tersebut makin tertambat hatinya. 


Saat mereka akan bertemu lagi, gadis itu berbohong pada ibunya, mengatakan bahwa ia akan menengok temannya yang sakit sebelum berlatih paduan suara gereja. Kemudian ia masuk ke mobil pria tersebut dari dekat rumahnya di Depok.

Pria bernama Yogi, 24, itu membawanya ke Bogor, dan kemudian menguncinya di dalam sebuah kamar kecil di sebuah rumah bersama paling tidak lima perempuan muda lain berusia antara 14-17 tahun. Si gadis diberi obat dan diperkosa berulang kali di tempat itu. 
Setelah penyiksaan selama seminggu, penculiknya mengatakan ia telah dijual dan dikirim ke Batam, yang dikenal dengan tempat lokalisasi dan pariwisata pedofilia untuk para pria yang datang dengan kapal dari Singapura.

Ia menangis histeris dan meminta pulang, namun kemudian dipukuli dan diminta diam atau akan dibunuh.


Ketidaktahuan inilah yang menyebabkan terjadinya pedofilia dalam media sosial. Bisanya pedofilia yang terjadi dalam media sosial dan kehidupan nyata sama-sama dirasakan oleh anak dibawah umur, dimana anak dibawah umur tersebut dilecehkan oleh orang dewasa. Namun bedanya didalam media sosial, anak dibawah umur tidak dilecehkan secara langsung oleh pelaku pedofilia di media sosial tetapi menggunakan sarana chatting dan sang pelaku biasanya menggunakan bahasa-bahasa yang mengungkapkan pengertian atas masalah yang dihadapi sang anak, yang padahal sang anak sendiri tidak tahu siapakah sebenarnya orang yang dia ajak berbincang di chat tersebut. Biasanya pelaku pedofilia di dunia maya ini menggunakan identitas samaran, entah dengan menggunakan profile picture dengan gambar orang lain atau memalsukan umur dan sebagainya. Mereka melakukan itu semua untuk membuat anak-anak dibawah umur tersebut tertarik dengan mereka. Setelah sang korban anak dibawah  umur tersebut telah merasa nyaman dengan pelaku pedofil tersebut, pelaku akan mengajak anak tersebut bertemu. karena sudah merasa nyaman dengan orang yang dikenal dari media sosial tersebut, sang anak cenderung mengiyakan ajakan pelaku dan berasa mau saat diajak bertemu. Padahal pertemuan terencana itu bisa menyebabkan sang anak mengalami pelecehan seksual.

Ada banyak sekali kasus penculikan dan kekerasan seksual gadis muda di Indonesia oleh orang-orang yang mereka temui di media sosial terutama facebook. Hal ini dikarenakan, pesatnya perkembangan Internet di Indonesia yang menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna internet terbesar di dunia, Hasil survey dari intenertworldstat.com pada tahun 2012, mengatakan bahwa Indonesia masuk 10 besar pengguna internet terbesar di dunia. Dikarenakan semakin luasnya akses menuju media sosial tersebut banyak anak dibawah umur di Indonesia menggunakan media sosial dengan menyertakan informasi detail mengenai diri mereka yang tentu saja dapat diakses oleh orang lain, dan membuat mereka menjadi sasaran kejahatan, terutama kejahatan seksual di internet.


MENGAPA HAL INI BISA TERJADI?




Cyber Pedophilia atau pedofilia di media online bisaa terjadi karena minimnya pengawasan orang tua terhadap anak - anaknya. Kurangnya komunikasi dan pendekatan antara orang tua dan anak serta kurangnya pengarahan dan pendidikan dini terkait keuntungan dan kerugian serta bahaya dan manfaat dari internet.
Kurangnya pemahaman serta kejelasan informasi inilah yang menyebabkan orang terkesan bersifat tak peduli dan tidak acuh karena mereka tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dan mungkin saja terjadi dalam dunia online.

BAGAIMANA CARA MENANGGULANGINYA?



  1. Ajarkan pendidikan seks kepada anak semenjak dini
Tanpa Anda sadari, Anda sudah memberikan pendidikan seks pada si kecil pada saat mengajarinya membersihkan alat kelaminnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB) sendiri. Hal ini sangatlah baik karena secara tidak langsung mengajari anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya. Berikan pengertian tentang sentuhan salah yang harus mereka hindari. Sentuhan yang menyenangkan dan baik adalah ciuman saat pamit ke sekolah, pelukan selamat datang dari sekolah, dan juga berjabat tangan dengan orang lain. Sentuhan yang buruk berupa sentuhan pada bagian pribadi anak dan anak harus diajarkan untuk menolak dan memberi tahu Anda jika mengalami sentuhan yang buruk ini. Jadilah tempat berlindung bagi si kecil dan lakukan pembicaraan singkat dari waktu ke waktu. Yakinkan si kecil bahwa ia bisa memberi tahu Anda kapan saja saat ia merasa bingung atau takut akan sesuatu, termasuk jika ada yang menyentuhnya dengan cara yang tidak benar atau yang membuatnya merasa risih.
  1. Awasi penggunaan gadget dan media sosial kepada anak
Anak pada masa ini sudah banyak yang pintar menggunakan gadget dimana itu adalah tempat sering terjadinya cybersex. Salah satu untuk mencegah terjadinya cybersex terutama phedopilia adalah dengan:
·         Mengajarkan anak dibawah umur disekitar kita tentang cara peggunaan internet yang aman. Menurut para ahli, anak di rentang usia ini sesungguhnya terlalu muda untuk bermain internet tanpa pengawasan orang tua. Jadi, berikan batasan waktu baginya dalam menggunakan internet dan selalu awasi situs-situs yang ia buka. Jelaskan juga bahwa orang-orang yang dilihat atau dikenal anak di internet tak selalu sebaik yang ia kira, jadi ia tak boleh sembarangan membagi informasi atau bercerita kepada mereka. Dan jika ada orang yang mengirimkan pesan atau gambar yang membuat anak tak nyaman, minta anak untuk segera memberitahu Anda.
·         Kenali teman dalam media sosial anak. Selain itu kenali juga siapa saja teman yang beada di media sosial anak tersebut, kita mempunyai hak untuk menanyakan anak dibawah umur mengenai siapa saja temannya di media sosial karena mereka masih dibawah umur dan menjadi tanggung jawab kita. Terutama saat ada teman yang dia ajak chatting terus menerus dan tidak jelas asalnya, kita bisa bertanya kepada sang anak mengenai siapa dia terutama saat chatting¸patnert chatting tersebut mengajak bertemu yang padahal kita tidak tahu asal-usulnya.

  1. Berusaha untuk tidak memberikan anak gadget/media sosial saat masih dibawah umur. Sudah dikatakan bahwa rentang usia …. Merupakan usia yang dianggap mereka belum cukup umur untuk mengkonsumsi penggunaan gadget terutama untuk dipakai sehari-hari, maka dari itu, usahakan untuk tidak memberikan gadget  untuk anak usia dibawah umur. Mungkin alasan orangtua jaman sekarang memberikan gadget pada anaknya adlah supaya anak tersebut tidak “rewel”, sebaiknya saat anak tersebut “rewel” jangan gunakan gadget untuk mendiamkan sang anak, usahakan untuk melakukan aktivitas fisik seperti bermain di dunia nyata, selain bisa menghindari kerusakan mata yang akan diamali sang anak karena sinar radiasi dari gadget tersebut, sang anak pun dapat terhindarkan dari menggunakan gadget secara berketergantungan, dan dapat menahan keinginan anak untuk menggunakan media sosial dengan usia yang masih dini.
  2. Ikut dalam aksi anti-pedopilia di Internet. Kita sebagai anak muda sudah pasti mempunyai account media sosial, selain digunakan untuk bersenang-senang, hendaknya kita menggunakan media sosial untuk aksi gerakan kepedulian terhadpa sesame, terutama anak kecil. Dimana pada Juli 2015 sejumlah musisi dan selebriti di Indonesia mengunggah video untuk meningkatkan kesadaran terkait kasus pedofil anak, dimana dalam video tersebut mengusung slogan  "We're watching" atau "Kami mengawasi," video singkat tersebut diunggah oleh musisi dan aktivis Melanie Subono melalui akun Twitter-nya @melaniesubono pada Hari Anak Nasional. (sumber: http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/07/150723_trensosial_we_are_watching)      

Wednesday, October 7

Distance matters...

Tulisan ini aku persembahkan bagi semua yang merindukan sanak saudara atau pasangannya yang jaraknya sangat jauh dari kalian saat ini. Entah berjarak hanya beda daerah atau mungkin "beda alam".

Jarak.

Sebuah kata yang sebenarnya sudah sangat familiar ditelinga umat manusia.
Baik dalam keseharian manusia biasa atau dalam dunia  Fisika dan Matematika.
Suatu hal yang sangat sering disepelekan dan diacuhkan oleh kebanyakan pihak.
Tapi nyatanya, jarak adalah suatu hal yang memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi, cara pandang serta cara beberapa umat manusia menjalani keseharian hidupnya.
Jarak bisa mempersatukan namun juga bisa menjauhkan orang.
Jarak punya kekuatan. Bukan kekuatan magis. Namun jarak punya keistimewaan yang tidak sering diperhatikan oleh kebanyakan orang.

Terdengar klise, ya?
Tapi, bagiku itu benar. Nyata hukumnya.
Jarak juga bukan bisa ditakar dari kondisi fisik apa yang dilihat mata. Tapi apa yang dirasakan oleh hati umat manusia yang sudah terekam dalam kenangannya juga bisa memiliki jaraknya sendiri.
Hanya karena seseorang terlihat physically dekat jaraknya dengan orang lain, bukan berarti apa yang dirasakan oleh orang itu dengan sekitarnya sama sekali tidak bisa dideskripsikan "berjarak dekat".
Begitupun sebaliknya. Orang - orang yang secara physical berjarak jauh mungkin malah memiliki kedekatan khusus yang bermakna didalam diri mereka.

Jarak biasanya memiliki keterkaitan erat dengan rindu.
Rindu yang tersimpan manis, rapi, didalam relung hati.
Rindu yang entah masih bisa disampaikan dan ditujukan maupun rindu yang hanya bisa disimpan dan terus dikecap kenangannya.
Rindu yang mungkin bisa membuat air mata bergulir jatuh pada waktu - waktu tertentu.
Rindu yang hanya bisa terobati ketika sang jarak akhirnya berakhir "menghilang".
Apakah mungkin, jarak dan rindu selalu berjalan bersisian, berdampingan dan saling melengkapi?
Tapi apakah ada yang sadar seberapa hebat sebuah jarak mampu berkorban demi sang rindu?
Mungkin ada kalanya saat jarak memimpin dengan kadar yang tinggi, rindu juga ikut berada disampingnya.
Lalu tibalah suatu waktu dimana rindu ingin berada diatas, dia ingin berada dipuncak.
Jarak pun memutuskan mengalah, mengizinkan rindu berada dipuncak. Dia menyusutkan dirinya. Hingga akhirnya saat keinginan sang rindu terpuaskan, jarak pun memutuskan untuk menghilang.
Namun, ada juga kalanya saat jarak dan rindu sama - sama tak bisa berkompromi. Tak peduli seberapa besar kadar rindu dan keinginannya untuk berada dipuncak, jarak pun ikut membesarkan dirinya. Tak mengizinkan rindu mendapatkan harapannya.
Ketika saat seperti itu tiba, mungkin sang perindu hanya bisa berusaha mendoakan yang dirindukan sambil terus merekayasa kejadian yang pernah mereka lewati bersama.

Contohnya sekarang, saat aku sangat sedang merindukan kehadiran sosok opa oma. Yang kini hanya bisa diraih dalam jangkauan memori dan album foto. Karena aku tahu, opa oma sudah bahagia dirumah Tuhan . And I know for sure, you guys already are watching for me from the heaven above. Walaupun saat ini rindunya sedang memuncak, jarak physical kita hanya bisa "diperkecil" lewat doa. Tapi somehow aku tahu kalau our emotional distance isn't as far as our physical distance. The memory about them and their love remain here in my heart and that's what makes me always feel so close to them.
Atau saat mungkin pernah ada seseorang yang cukup dekat denganku tapi takdir memutuskan untuk membuat jarak dan rindu dariku untuk dia sama - sama membesarkan diri. Saat seperti itu yang mengajariku untuk belajar mengikhlaskan. Tidak semua hal akan berjalan seperti harapan, keinginan atau mungkin egoku semata. And it's just even though sometimes the distance hurts and the urge and longing desires to meet him could just come back to me anytime, it can't be like that, wouldn't ever happen like that karena memang akupun sadar jaraknya memang sudah seharusnya ada. Ada dan melukiskan garis - garis tertentu pada kanvas kehidupan. In this case, kadang kita memang harus mengizinkan jarak dan rindunya terus mengembangkan diri. Karena mungkin Tuhan punya rencana atau pelajaran khusus dibalik adanya jarak dan rindu ini.
Lain lagi konteks ceritanya kalau mengenai pengorbanan jarak bagi rindu. Seperti yang menjadi motivasiku menulis postingan kali ini yang sebenarnya "cukup absurd" bagiku. Saat aku merindukan seseorang yang terpisah jarak dariku saat ini. Dalam kendala jarak ini, aku tahu kadar rindu kami ikut meluap - luap. Ketika kami bertemu dan saling menyalurkan kerinduan dalam luapan kebahagiaan, disitulah aku tahu dan sudah sepatutnya berterimakasih pada jarak karena dia sudah mengorbankan dirinya demi kebahagiaanku.

Karena jarak akhirnya aku belajar lebih menghargai waktu, memori, cinta dan ketulusan. Karena jarak juga aku belajar kalau rindu memiliki kekuatan yang sangat besar. Karena jarak pula aku sadar betapa hidup terlalu berharga untuk disia-siakan.

Well then distance, thank you so much. 
And well dear Opa, Oma, someone from -a tiny glimpse of- my memory, and dear you (you know it's you that I'm talking about) aku rindu kalian.
Sangat rindu dalam "konteks" jarak kita masing - masing.






xoxo
Steph

Sunday, September 6

ONLINE DATING. Seberapa efektifkah dia?? - (TUGAS KEDUA TEKNOLOGI KOMUNIKASI)

Dibuat oleh Maria Hillary Stefanny Lensang
2014 - 022 - 038


      Dewasa ini, sudah semakin banyak situs - situs maupun aplikasi - aplikasi ponsel yang bertujuan memperluas adanya kencan online atau yang lebih dikenal dengan online dating muncul ke permukaan. Seperti contohnya situs Ok Cupid, situs Match dan berbagai aplikasi online dating lain seperti Tinder.
     Dalam kesempatan kali ini, saya akan mengulas dan mengupas sedikit hal mengenai fenomena online dating yang memang lagi sangat booming dan populer di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut saya, sudah banyak sekali masyarakat Indonesia terutama kalangan muda mudi yang memanfaatkan sarana internet dan aplikasi online dating untuk mencari pasangan. Hal ini menimbulkan sebersit pikiran muncul dalam benak saya. Saya pikir, mungkin itu terjadi karena orang Indonesia banyak yang jomblo kali, ya....
    Sebelum memulai proses penulisan postingan ini, saya sempat meluangkan waktu untuk membaca postingan Aziz Ansari yang berjudul Everything You Thought You Knew About Love Is Wrong yang ada dalam website TIME. Dalam tulisannya, Aziz sang stand up comedian sempat memaparkan hasil pengamatannya tentang online dating itu sendiri..
     Menurut Aziz Ansari, dalam tahap - tahap membangun sebuah hubungan romansa yang sehat, tahap pertama yang dimiliki dan dilewati oleh pasangan adalah PASSIONATE LOVE. Kondisi ini merupakan kondisi dimana orang dan pasangannya akan merasakan euforia kasmaran dan jatuh cinta. Berdasarkan sejumlah peelitian dan pengamatan, fase ini normalnya bertahan hingga 12 sampai 18 bulan. Dalam fase ini tentu akan muncul berbagai rintangan, hambatan dan cobaan bagi pasangan yang bersangkutan. Setelah melewati fase cobaan tersebut, ada pasangan - pasangan yang mampu dan sanggup bertransisi dari tahap passionate menuju tahap compasionate
     Keberadaan online dating sebenarnya telah cukup banyak membantu dunia romansa beberapa pihak. Orang - orang dipermudah mencari orang - orang lain yang mungkin memiliki kesukaan, visi serta misi yang sama dengan dirinya. Tentu kesamaan tersebut dapat membant manusia berinteraksi dengan sesamanya.
   Namun walaupun peminatnya banyak, sangat disayangkan, menurut saya pribadi keberadaan hal - hal menyangkut kencan dunia maya ini memiliki banyak kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek.

PRO/KELEBIHAN
1. Menyediakan sarana dan wadah untuk masyarakat luas agar bisa memperluas link pertemanan mereka.
2. Efisien dalam segi ruang dan waktu karena orang bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi kapan saja darimana saja.

Walaupun jika dilihat dari sudut pandang kelebihannya sistem kencan online ini memiliki banyak keunggulan, tapi kerugian - kerugiannya ternyata cukup mencengangkan juga.

CONS/KELEMAHAN
1. Apa yang dipost oleh orang kadang bukan kebenaran mutlak tentang dirinya.
2. Online dating sifatnya lebih bebas daripada offline dating.
3. Peluang bertemu orang jahat lebih luas karena pada saat percakapan dimulai, belum tentu bisa langsung bertatapan mata dan mengamati paralanguage calon pasangan kita.