Tulisan ini aku persembahkan bagi semua yang merindukan sanak saudara atau pasangannya yang jaraknya sangat jauh dari kalian saat ini. Entah berjarak hanya beda daerah atau mungkin "beda alam".
Jarak.
Sebuah kata yang sebenarnya sudah sangat familiar ditelinga umat manusia.
Baik dalam keseharian manusia biasa atau dalam dunia Fisika dan Matematika.
Suatu hal yang sangat sering disepelekan dan diacuhkan oleh kebanyakan pihak.
Tapi nyatanya, jarak adalah suatu hal yang memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi, cara pandang serta cara beberapa umat manusia menjalani keseharian hidupnya.
Jarak bisa mempersatukan namun juga bisa menjauhkan orang.
Jarak punya kekuatan. Bukan kekuatan magis. Namun jarak punya keistimewaan yang tidak sering diperhatikan oleh kebanyakan orang.
Terdengar klise, ya?
Tapi, bagiku itu benar. Nyata hukumnya.
Jarak juga bukan bisa ditakar dari kondisi fisik apa yang dilihat mata. Tapi apa yang dirasakan oleh hati umat manusia yang sudah terekam dalam kenangannya juga bisa memiliki jaraknya sendiri.
Hanya karena seseorang terlihat
physically dekat jaraknya dengan orang lain, bukan berarti apa yang dirasakan oleh orang itu dengan sekitarnya sama sekali tidak bisa dideskripsikan "berjarak dekat".
Begitupun sebaliknya. Orang - orang yang secara
physical berjarak jauh mungkin malah memiliki kedekatan khusus yang bermakna didalam diri mereka.
Jarak biasanya memiliki keterkaitan erat dengan rindu.
Rindu yang tersimpan manis, rapi, didalam relung hati.
Rindu yang entah masih bisa disampaikan dan ditujukan maupun rindu yang hanya bisa disimpan dan terus dikecap kenangannya.
Rindu yang mungkin bisa membuat air mata bergulir jatuh pada waktu - waktu tertentu.
Rindu yang hanya bisa terobati ketika sang jarak akhirnya berakhir "menghilang".
Apakah mungkin, jarak dan rindu selalu berjalan bersisian, berdampingan dan saling melengkapi?
Tapi apakah ada yang sadar seberapa hebat sebuah jarak mampu berkorban demi sang rindu?
Mungkin ada kalanya saat jarak memimpin dengan kadar yang tinggi, rindu juga ikut berada disampingnya.
Lalu tibalah suatu waktu dimana rindu ingin berada diatas, dia ingin berada dipuncak.
Jarak pun memutuskan mengalah, mengizinkan rindu berada dipuncak. Dia menyusutkan dirinya. Hingga akhirnya saat keinginan sang rindu terpuaskan, jarak pun memutuskan untuk menghilang.
Namun, ada juga kalanya saat jarak dan rindu sama - sama tak bisa berkompromi. Tak peduli seberapa besar kadar rindu dan keinginannya untuk berada dipuncak, jarak pun ikut membesarkan dirinya. Tak mengizinkan rindu mendapatkan harapannya.
Ketika saat seperti itu tiba, mungkin sang perindu hanya bisa berusaha mendoakan yang dirindukan sambil terus merekayasa kejadian yang pernah mereka lewati bersama.
Contohnya sekarang, saat aku sangat sedang merindukan kehadiran sosok opa oma. Yang kini hanya bisa diraih dalam jangkauan memori dan album foto. Karena aku tahu, opa oma sudah bahagia dirumah Tuhan .
And I know for sure, you guys already are watching for me from the heaven above. Walaupun saat ini rindunya sedang memuncak, jarak
physical kita hanya bisa "diperkecil" lewat doa. Tapi
somehow aku tahu kalau
our emotional distance isn't as far as our physical distance.
The memory about them and their love remain here in my heart and that's what makes me always feel so close to them.
Atau saat mungkin pernah ada seseorang yang cukup dekat denganku tapi takdir memutuskan untuk membuat jarak dan rindu dariku untuk dia sama - sama membesarkan diri. Saat seperti itu yang mengajariku untuk belajar mengikhlaskan. Tidak semua hal akan berjalan seperti harapan, keinginan atau mungkin egoku semata.
And it's just even though sometimes the distance hurts and the urge and longing desires to meet him could just come back to me anytime, it can't be like that, wouldn't ever happen like that karena memang akupun sadar jaraknya memang sudah seharusnya ada. Ada dan melukiskan garis - garis tertentu pada kanvas kehidupan.
In this case, kadang kita memang harus mengizinkan jarak dan rindunya terus mengembangkan diri. Karena mungkin Tuhan punya rencana atau pelajaran khusus dibalik adanya jarak dan rindu ini.
Lain lagi konteks ceritanya kalau mengenai pengorbanan jarak bagi rindu. Seperti yang menjadi motivasiku menulis postingan kali ini yang sebenarnya "cukup absurd" bagiku. Saat aku merindukan seseorang yang terpisah jarak dariku saat ini. Dalam kendala jarak ini, aku tahu kadar rindu kami ikut meluap - luap. Ketika kami bertemu dan saling menyalurkan kerinduan dalam luapan kebahagiaan, disitulah aku tahu dan sudah sepatutnya berterimakasih pada jarak karena dia sudah mengorbankan dirinya demi kebahagiaanku.
Karena jarak akhirnya aku belajar lebih menghargai waktu, memori, cinta dan ketulusan. Karena jarak juga aku belajar kalau rindu memiliki kekuatan yang sangat besar. Karena jarak pula aku sadar betapa hidup terlalu berharga untuk disia-siakan.
Well then distance, thank you so much.
And well dear Opa, Oma, someone from -a tiny glimpse of- my memory, and dear you (you know it's you that I'm talking about) aku rindu kalian.
Sangat rindu dalam "konteks" jarak kita masing - masing.
xoxo
Steph